Friday, April 22, 2011

Terima Kasih (Proses), Saya Mampu Bertahan Hingga Detik Ini Untuk My "Promise Till The Die"

Iya, cerita itu berlanjut..

Saya masuk ke jalan samar itu dengan setengah hati. Dengan perasaan yang teramat sangat rapuh. Menuju ke jalan yang "dia yang tak mengakui ikatan darah itu" katakan. Namun, segala dasar yang saya ambil untuk akhirnya saya mau mencoba memilih, melangkah, dan bertahan di jalan itu adalah kembali kepada mereka yang terikat darahnya. Darah yang akan jadi milik saya sampai mati. Mereka mengatakan kepada saya untuk bisa sabar, ikhlas dan berlapang dada meski sebenarnya saya mampu untuk tidak memilih jalan itu jika saya benar-benar ingin. Mengikuti kata hati saya yang terdalam.

Ada kalanya ketika saya menjalani ini saya merasa lelah. Sangat lelah. Saya ingin mengatakan "Stop!!". Namun, untungnya setiap rasa itu hadir selalu saja ada yang mampu membuat saya bertahan hingga detik ini. Saya tersenyum untuk orang lain. Saya bisa bermanfaat untuk yang lain. Ini bukan masalah simbiosis parasitisme. Tapi, saya merasa bahwa ini adalah pelajaran hidup yang "fair" meskipun di dunia ini nggak akan pernah ada yang benar-benar fair. Tapi, minimal "fair" secara subjektif di mata saya.

Saya merasa bahwa saya benar-benar berjuang untuk mereka, terutama untuk pasangan hidup sang pemberi amanat. Dan mereka yang masih terikat darahnya selalu menjadi pembangun jiwa saya ketika saya benar-benar tertatih. Pasangan hidup sang pemberi amanat tak pernah lelah untuk mengingatkan bahwa kami harus mencapai goal kami. Sahabat-sahabat saya pun demikian, tak pernah bosan untuk mengatakan bahwa saya harus bisa karena hanya saya yang mampu melakukannya. Ini adalah salah satu wujud menjaga janji itu sampai mati. Terima kasih Allah karena saya memiliki mereka. Ini adalah buktinya.

Kepergian sang pemberi amanat adalah hal terburuk bagi saya. Maaf, saya telah terlanjur menanamkan dalam hati saya bahwa hal terburuk telah saya lewati. Iya, kepergiannya adalah pukulan terberat bagi saya hingga detik ini. Dan saya harus tetap berdiri tegak dengan separuh jiwa yang telah pergi. Kematian itu dibayar mahal dengan perjuangan hidup. Dan saya masih akan terus berjuang untuk itu. Sungguh tiada maksud untuk meremehkan masalah yang akan datang. Saya yakin itu pasti lebih buruk karena itu adalah anak tangga yang harus saya lewati agar menjadi lebih baik. Namun, di dalam hati saya ini adalah cara saya untuk menguatkan diri saya agar saya menjadi tegar seperti yang mereka harapkan.

Dari ini, saya belajar untuk melakukan yang terbaik dari diri saya untuk menjadi lebih baik meski terkadang saya merasa down. Tapi, paling nggak ada sesuatu yang bisa ngedorong saya buat bisa dan punya gairah hidup lagi.

So guys, keep spirit yaa.
Just do the best to be a better person even though you may not be the best.
God always besides us. Bless us all the time. Never leaving us.

Lots of love,
~ Tara Anindita ~


No comments:

Post a Comment